AKIBAT SENGKETA LAUT CINA SELATAN PADA HUBUNGAN DIPLOMATIK DARI PERSPEKTIF HUKUM INTERNASIONAL

Autor(s): Tri Wulan Dhari Asriningrum, Indri Yulastri, Felly Nabilla Faradilla, Ana Fatmawati Angraini

Sari

Laut Cina Selatan merupakan wilayah sengketa laut karena wilayah yang dekat dan berdampingan dengan Laut Bebas. Sumber Daya Alam yang dimiliki Laut Cina Selatan menjadi salah satu alasan memperebutkan  kepemilikan bagian Laut Bebas ini. Sengketa tidak hanya terjadi pada sesama negara Asia saja seperti Vietnam tetapi Amerika Serikat juga ikut bersengketa mendapatkan Laut Bebas tersebut. Bahkan sengeta ini juga menimbulkan makin kisruh hubungan antara Amerika dengan Cina  Menurut analisa penulis untuk menjaga kestabilan negara dan dunia perlu ditindak lanjuti dan diadakan negosiasi untuk mencapai kesepakatan

Teks Lengkap:

PDF

Referensi

"Pembaruan: Kapal Survei Tiongkok Meningkatkan Kebuntuan Tiga Arah", Transparansi Maritim Asia Initiative, 30 April 2020, https://amti.csis.org/chinese-survey-ship-escalates-three-way-standoff/; “China’s Coast Guard Shows Up at Vanguard Bank Again”, Benar News, 7 July 2020, https://www.benarnews.org/english/news/philippine/ship-track-07072020182034.html; “PH Navy confirms Chinese vessels’ intrusion into Recto Bank”, Philippine Daily Inquirer, 10 August 2020, https://globalnation.inquirer.net/190190/ph-navy-confirms-chinese-vessels-intrusion-into-rectobank.

David Axe, “Sucking On Rations, Chinese Fighter Pilots Flew A 10-Hour Lap Over DisputedIslands, Forbes, 4 August 2020, https://www.forbes.com/sites/davidaxe/2020/08/04/sucking-onrations-chinese-fighter-pilots-flew-a-10-hour-lap-over-disputed-islands/#57c48f8a2b71, diakses 4 Oktober 2022

Hannah Beech dan Muktita Suhartono, "China Chases Indonesia's Fishing Fleets, Staking Claim to Sea's Riches", New York Times, 31 Maret 2020, lihat https://www.nytimes.com/2020/03/31/world/asia/Indonesia-south-china-sea-fishing.html;diakses 3 Oktober 2022

J. N. Mak, “Sovereignty in ASEAN and the Problem of Maritime Cooperation in the South China Sea,” Working Paper, no. 156, RSIS, Singapura, 23 April 2008

John H. Cushman, Jr., dan Floyd Whaley, “Filipina Negosiasi Hubungan Militer yang Lebih Luas dengan AS,” New York Times, 27 Januari 2012; Al Labita, “Russian Wrinkle in the South China Sea,” Asia Times Online, , diakses 13 Februari 2012; dan Randi Fabi dan Manuel Mogato, “Insight: Conflict Looms in South China Sea Oil Rush,” Reuters, 28 Februari 2012

Lihat diskusi di Sam Bateman, “Mengelola Laut Cina Selatan: Kedaulatan Bukan Isu,” Rajaratnam School of International Studies (RSIS), RSIS Commentaries, no. 136/2011, 29 September 2011; dan Subathra R. Periyaswamy, “The South China Sea Dilema: Options for the Main Actors,” dalam ibid., no. 137/2011, 29 September 2011.

No name, “China-ASEAN and the South China Sea,” makalah yang disiapkan untuk “Mayor and Policy Issues on the South China Sea Conference,” disponsori bersama oleh Institut Studi Eropa dan Amerika dan Pusat Asia-Pasifik Studies, Academia Sinica, Taipei, Taiwan, 6–9 Oktober 2011, hlm. 3–6, 13–14. Lihat juga Robert Sutter dan Chia-Hao Huang, “China-Southeast Asia Relations: Managing Policy Tensions in the South China Sea,” Comparative Connections: Triennial E-Journal on East Asian Bilateral Relations, Pacific Forum, Honolulu, September 2011, hlm. 68; dan Huy Duong, “Negotiating the South China Sea,” The Diplomat: ASEAN Beat, , 20 Juli 2011.

Simon, dikutip dalam Simon, “US-Southeast Asian Relations: Deep in South China Sea Diplomacy,” hal. 59.

Vietnam protests Beijing's sinking of South China Sea boat”, Reuters, 4 April 2020, https://www.reuters.com/article/us-vietnam-china-southchinasea/vietnam-protests-beijingssinking-of-south-china-sea-boat-idUSKBN21M072, diakses 4 Oktober 2022

Refbacks

  • Saat ini tidak ada refbacks.